GaharuNews – Polemik sambutan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat di Pulau Semau, Kabupaten Kupang mendapat tanggapan dari Ketua Fraksi Hanura DPRD NTT, Refafi Gah.
Pidato yang viral itu menurut Refafi seharusnya tidak perlu dibesar-besarkan. Pasalnya, apa yang dibicarakan Viktor adalah dalam konteks dirinya sebagai gubernur kepada bupati/wali kota dan sekda serta jajaran.
“Apanya yang salah dari pernyataan gubernur yang mengatakan Tuhan yang kita sembah saja Dia tidak bisa bekerja sendiri,” kata Refafi menirukan.
Saat diwawancara, Refafi Gah justeru mempertanyakan kembali pertanyaan yang dilontarkan GaharuNews.com terkait polemik ungkapan Gubernur NTT saat pelantikan TPAKD tersebut.
Menurut Refafi, harus dilihat kembali konteks pembicaraan Viktor ketika itu. Ia berbicara dalam kapasitas sebagai gubernur untuk memberikan arahan, semangat dan membangkitkan energi Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Sekda, para bupati dan wali kota, agar dapat bekerja sama, saling bersinergi, agar segera mempercepat pemulihan ekonomi NTT.
“Atau kah dia berbicara sebagai pendeta yang sedang berkhotbah,” tanya Refafi.
Kalau dia berbicara dalam kapasitas sebagai gubernur, dalam rangka bagaimana membangun kerja sama di antara OPD, Sekda para bupati dan wali kota, menurut Refafi tidak ada masalah dan tdak ada yang salah dari apa yang dia ungkapan itu.
Refafi mengaku heran ketika pernyataan itu dibesar-besarkan seperti ada bencana yang terjadi saat itu. Kalau bicara Tuhan itu tidak bekerja sendiri, itu memang benar. Karena apa? Yang namanya orang Kristen itu tahu bahwa Tuhan menciptakan langit dan bumi. Orang kafir pun tahu bahwa Tuhan itu Maha Kuasa, dia menciptakan langit dan bumi.
Orang Kristen pasti sangat paham dengan kekuasaan, kemampuan dan kemuliaan Tuhan. “Tidak mungkin seorang Kristen berani menghujat apa yang dia yakini dan dia imani,” tandasnya lagi.
Dia contohkan, proses ketika Allah mengirimkan Roh Kudus untuk dikandung Maria, di situ ada yang dapat dikatakan sebagai sinergi dari ke-Tritunggalan Allah, ada Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, yang saling bekerja sama untuk penyelamatan umat manusia yang penuh dengan dosa.
Dan ketika Tuhan berdoa menumpangkan tangan di atas 2 roti dan 5 ikan dengan kemampuan dan kuasanya, dia membagikannya kepada 5 ribu orang, bahkan lebih 12 bakul, itu jelas menunjukan keilahiannya.
Setelah Tuhan disalipkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut, lalu pada hari yang ketiga bangkit, menang dari kerajaan maut, naik ke sorga, duduk di sebalah kanan Allah kemudian menurunkan Roh Kudus kepada para rasul murid-muridNya. “Sangat jelas sekali, Tuhan tidak bekerja sendiri untuk meyelamatkan umatNya,” sambung Refafi.
Allah menggunakan perantaraan para nabi, orang-orang yang dikasihiNya, dalam konteks kekinian, Tuhan dapat saja membuat mujizat itu terjadi kapan saja dan di mana saja dengan perantaraan siapa saja.
“Saya kira ini merupakan tugas kita semua untuk melihat dan menjelaskan secara obyektif kepada masyarakat. Inilah kehebatan gubernur kita Viktor Laiskodat memberikan PR (Pekerjaan Rumah) bagi kita semua. Supaya kita belajar lebih banyak lagi sehingga bisa menjadi orang yang penyalur berkat bagi orang lain. Karena kita saling membutuhkan. Kalau mengenai Firman Tuhan, silakan para pendeta untuk meluruskan. Apa yang saya sampaikan itu sebagai orang awam, karena saya bukan pendeta,” paparnya.
Ketua DPD Hanura NTT itu mengakui, dirinya banyak mendengar dari nenek dan ayahnya yang juga pendeta waktu itu di Melolo, Sumba Timur.
Sebagai Anggota DPRD Provinsi NTT yang duduk di Komisi IV yang membidangi Infrastruktur, dia melihat pembentukan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) sangat tepat dan urgen. Ribuan kilometer jalan jalan provinsi di NTT dalam kurun waktu 3 tahun kepeminpinan Viktor dan Josef Nae Soi telah berhasil dibangun dan telah membuka akses daerah terisolasi. Perputaran ekonomi masyarakat bisa berjalan baik di masa pandemi Covid-19 ini.
“Karena itu dibutuhkan sinergi dan kerja sama, antara kabupaten/kota dan provinsi, sehingga perekonomian dapat tumbuh bersama, baik di desa maupun di kota,” tandas Refafi Gah.
Dia kembali mengingatkan bahwa semua itu bisa terwujub jika ada kerja sama, fokus pada tujuan yang ingin dicapai. Tidak perlu berdebat hal-hal yang tak perlu didebatkan, karena gubernur sedang berkonsentrasi untuk bekerja keras.
“Tujuannya agar kita bisa keluar dari serangan musuh yang tak berwujud ini (Covid-19), yang kerjanya hanya memanen kematian. Di pihak lain, dia harus berupaya memulihkan ekonomi kita agar ke depan lebih sejahtra,” tutup dia.(GN/Tim)