“jangan salah memilih Bupati Bayangan”
From Zero To Hero,
Kondisi bencana, wabah ataupun resesi merupakan proses ujian nyata kehadiran seorang pemimpin yang pas untuk rakyatnya. Termasuk sosok kepala daerah di derah masing-masing. Disitu secara alamiah jiwa kepemimpinan diuji dan teruji. Masyarakat pun secara obyektif bisa menilainya lewat logika sehat dan nalar yang kuat.

9 Desember ini, ada 277 Pilkada di seluruh Indonesia dan ada 9 Kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Di tengah pandemi, tentu memilih menjadi sesuatu yang berbeda seperti biasanya. Selain harus memperhatikan protokol kesehatan, pemilih juga harus benar-benar memperhatikan kemampuan pemimpin yang akan dipilihnya. Kita tidak tahu kondisi seperti ini sampai kapan berlangsung. Sehingga jika pemegang kebijakannya tidak punya kemampuan maka sebuah pertaruhan besar akan terjadi.
Yang mengkhawatirkan sebenarnya adalah jika Bupati yang dipilih dalah bupati bayangan dan bukan bupati sesungguhnya. Bupati yang kalau berbicara harus didikte. Bupati yang kebijakannya diurus oleh orang lain, apakah itu suami atau istrinya, konsultan politiknya, atau pun elit partainya atau kartel pengusaha.
Bupati bayangan adalah bupati yang secara seremonial tampil di depan panggung sementara di belakang panggung urusan perencanaan APBD dikuasai kartel pengusaha, mutasi birokrasi ASN diatur lewat jalur di luar dirinya, semua kebijakannya diatur oleh kekuasaan bayangan yang sama sekali tidak pernah dipilih oleh rakyat saat di TPS.
Bupati bayangan hanya urusannya meneken atau menandatangani yang sudah diberikan, dan berpidato dengan teks yang pemikirannya sudah disiapkan. Tidak ada originalitas ide pemikiran dari Bupati tersebut. Fenomena ini sangat berbahaya. Dan tambah berbahaya lagi jika pemilihnya juga tidak bisa mencermati itu karena sudah terkena iming-iming sesaat yang bisa menyesatkan pilihan.
Mari pilih Bupati yang memang punya jaringan kuat, kapasitas, integritas, kualitas, dan jangan hanya terjebak iming-iming isi tas. Jangan memilih hanya karena partainya, karena kepala daerah itu berbeda dengan anggota legislatif. Gunakan hati nurani dan akal yang sehat untuk memilih.
#nomoneypolitics
#pilihancerdaslahirkanpemimpinbijak
#HanurauntukIndonesia
Bangkit, Jaya, Menang
Tulisan diambil dari beranda FB Gede Pasek Suardika (GPS) Sekretaris Jendral Partai Hanura
(Terdapat beberapa perubahan, atas izin penulis)