Jelang Paskah, RD Deo: Kasihanilah Musuhmu

0

RENUNGAN HARIAN

 

Oleh: RD. Deodatus D. Parera (Pastor Rekan Paroki St. Petrus Rasul-TDM).

Inti Usaha Tobat: Mengasihi (Renungan Prapaskah 2022 dari Luk. 6:27-38).

Semangat puasa dan pantang mengajak kita untuk berbalik dari tindakan dan perilaku kita kepada perihidup yang telah dimulai oleh Tuhan, dalam diri Yesus. Nasehat-nasehat mendasar yang diungkapkan sendiri oleh Tuhan dalam bacaan ini mengoreksi kemanusiaan kita ketika kita berelasi dengan orang di sekitar kita. Dasarnya ialah hukum yang pertama dan terutama: Hukum Cinta Kasih.

Apa yang diperintahkan Yesus membuat kita untuk sangat ekstra dalam berlaku dalam hidup. Perbuatan-perbuatan baik tentu saja mendapatkan pujian, di mana setiap orang, murid-murid Kristus mau melakukan hal yang sama dalam seluruh hidup. Namun demikian, seringkali dalam kondisi tertentu, selalu ada godaan untuk melupakan atau mengabaikan hal baik, hal kasih, damai dan bersikap adil, dengan sebaliknya berlaku menyimpang atau jauh dari perintah Tuhan.

Kasihilah musuhmu dan berbuat baiklah bagi orang yang membenci kamu. Tuhan sungguh mengenal diri kita dan memberi kita rangsangan, agar ketika ada musuh di sekeliling kita, kita masih harus mengasihinya tanpa syarat apapun.

Mengasihi musuh dan berbuat baik terhadap orang membenci kamu, diminta oleh Tuhan, Tuhan meminta kita untuk melakukan demikian, karena inilah gambaran betapa Allah mengasihi orang-orang baik dan juga pada saat yang sama, mengasihi orang-orang jahat. Bertolak dari wejangan Yesus ini, kita dibantu untuk pertama mengenal kekuatan kasih. Kasih yang kita sebarkan dan bagikan bila memang pada akhirnya harus total, membutuhkan pengorbanan yang sungguh dalam. Kita tidak lagi ingat diri kita, tidak lagi memikirkan diri kita, apa kelebihan kita dan siapa kita, melainkan membiarkan kasih Allah menjamah hati kita dan membantu kita agar mampu melakukan perbuatan yang menyenangkan hati-Nya.

Berikanlah pinjaman, janganlah berharap balasan. Sebagai manusia, saling memberikan pinjaman adalah hal biasa, dengan mudah kita ingin membantu orang yang sangat membutuhkan bantuan kita. Namun sedikit demi sedikit, pinjaman yang kita lakukan sudah akan berarti membutuhkan balasan, mengharapkan berkat setimpal. Kita tidak mau berkorban tanpa balasan sebaliknya, kita berkorban supaya suatu waktu, orang lain juga mau berkorban untuk kita.

Kita diingatkan bahwa bisa saja, ketika kita sudah banyak berkorban, kita tidak mendapatkan apa-apa, ketika kita sudah banyak rugi daripada untungnya, ingatlah bahwa Allah tetap berlaku baik bagi orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. Ada banyak kejahatan online hari ini, untuk tidak salah mengikuti dorongan saleh berbuat baik, kita perlu selalu waspada.

Kita bersyukur bahwa segala sesuatu yang kita lakukan di dalam hidup semuanya berasal dari Allah, yang menerbitkan matahari baik untuk orang yang melakukan perbuatan-perbuatan terpuji dan mulia, maupun untuk orang-orang yang bertindak sebaliknya. Ingatlah, bahwa Kita dengan bebas melakukan banyak hal, tetapi pada akhirnya, kita tidak bisa memilih untuk menerima hal-hal itu dengan sekehendak hati.

Ungkapan apa yang kita tabur, itulah yang kita tuai. Memang mengikuti Yesus tidak mudah, alangkah berat perintah-Nya, tetapi kita bisa melakukannya dengan penuh sukacita cinta kasih, apapun yang kita lakukan, kita wajib lakukan hanya untuk Tuhan. Karena cinta dan kasih sayang, bukan tentang bagaimana dan berapa yang akan kita terima, melainkan tentang bagaimana kita mau berkorban, tentang bagaimana kita merendah, dan tentang bagaimana kita mau menghilangkan diri kita sendiri.

Pada saat lain, ketika cinta dilukai karena ada yang menghianati, tergores karena janji yang diingkari, butuh komitmen untuk merelakan, ketulusan untuk menerima serta kekuatan untuk bertahan; ujian terhadap perkara kesetiaan memang tidak selalu mudah; setia untuk mencintai sekalipun terus dibenci, tidak mudah; tetapi perjuangan untuk belajar bahwa yang lebih agung dari cerita hidup ialah menang atas diri sendiri; sampai di puncak kehidupan, ketika segala sesuatu hanyalah tentang bagaimana mengasihi tanpa memiliki, itulah inti Mengalami Tuhan, mengalami-Nya dalam kesabaran dan ketabahan, sebab Tuhan menulis kasih-Nya di atas Salib, di tengah peluh dan airmata tiada henti mengalir; di mana segala-galanya dirangkul-Nya kembali, semua yang terluka disembuhkan; yang menangis diberi harapan, bahwa hari esok pasti akan datang, tiada yang mustahil bagi Tuhan; jika setiap orang sadar bahwa dia satu-satu anugerah Tuhan yang sungguh baik dari semua ciptaan lainnya. Marilah kita memulai dari diri kita, keluarga dan komunitas kita masing-masing, sebab tiada yang mustahil bagi Tuhan. (Ino/GR)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here